>
September dalam Islam: Memahami Kesucian Bulan Menurut Kalender Hijriah
Pertanyaan apakah September merupakan bulan suci dalam Islam adalah refleksi dari sebuah rasa ingin tahu yang wajar, terutama di tengah masyarakat global yang seringkali berinteraksi dengan berbagai tradisi dan kalender. Dalam konteks Islam, pemahaman tentang "bulan suci" memiliki definisi dan landasan yang sangat spesifik, yang terikat erat dengan kalender Hijriah, bukan kalender Masehi seperti September. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa September, sebagai bulan dalam kalender Gregorian, bukanlah bulan suci secara inheren dalam Islam, sambil menjelaskan konsep bulan-bulan suci dan pentingnya kalender Hijriah bagi umat Muslim.
Pendahuluan: Sebuah Pertanyaan yang Penting
Setiap tahun, ketika kalender berganti, berbagai tradisi dan perayaan keagamaan disorot. Bagi sebagian agama, bulan-bulan tertentu dalam kalender Masehi memang memiliki makna sakral yang khusus. Namun, bagaimana dengan Islam? Apakah bulan September, yang merupakan bulan kesembilan dalam kalender Masehi, memiliki kedudukan istimewa atau dianggap suci dalam ajaran Islam? Jawabannya, secara langsung, adalah tidak. September bukanlah bulan suci secara inheren dalam Islam. Namun, penjelasan ini memerlukan pemahaman yang lebih dalam tentang sistem penanggalan Islam dan konsep kesucian waktu dalam syariat.
Kalender Islam (Hijriah): Fondasi Penentuan Waktu Suci
Untuk memahami mengapa September tidak secara langsung dianggap suci, kita harus terlebih dahulu memahami kalender yang digunakan dalam Islam: kalender Hijriah. Berbeda dengan kalender Masehi yang berbasis peredaran matahari (solar), kalender Hijriah sepenuhnya berbasis peredaran bulan (lunar).
Kalender Hijriah dimulai pada tahun Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah, yaitu pada tahun 622 Masehi. Satu tahun Hijriah terdiri dari 12 bulan, dan setiap bulannya memiliki 29 atau 30 hari, tergantung pada penampakan hilal (bulan sabit baru). Karena siklus lunar lebih pendek sekitar 10-11 hari dibandingkan siklus solar, maka bulan-bulan Hijriah akan bergeser maju setiap tahunnya relatif terhadap kalender Masehi. Ini berarti bulan Ramadhan, Dzulhijjah, Muharram, atau bulan-bulan penting lainnya akan jatuh pada waktu yang berbeda-beda dalam kalender Masehi setiap tahunnya.
Dua belas bulan dalam kalender Hijriah adalah:
- Muharram
- Safar
- Rabi’ul Awwal
- Rabi’ul Akhir
- Jumadil Awwal
- Jumadil Akhir
- Rajab
- Sya’ban
- Ramadhan
- Syawal
- Dzulqa’dah
- Dzulhijjah
Semua ibadah penting dalam Islam, seperti puasa Ramadhan, haji, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, serta penentuan hari-hari besar lainnya, didasarkan pada penanggalan Hijriah ini.
Bulan-Bulan Suci (Asyhurul Hurum) dalam Islam
Dalam ajaran Islam, terdapat empat bulan yang secara khusus disebut sebagai "bulan-bulan suci" atau "Asyhurul Hurum" (الأشهر الحرم). Kesucian bulan-bulan ini ditetapkan langsung oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an. Allah berfirman:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (QS. At-Tawbah: 36)
Empat bulan yang dimaksud adalah:
- Dzulqa’dah
- Dzulhijjah
- Muharram
- Rajab
Mengapa Bulan-Bulan Ini Suci?
Kesucian bulan-bulan ini memiliki beberapa makna penting:
- Pengharaman Peperangan: Dahulu, pada masa jahiliyah hingga awal Islam, peperangan diharamkan pada bulan-bulan ini, kecuali dalam kondisi membela diri. Ini menunjukkan upaya untuk menciptakan perdamaian dan jeda dari konflik.
- Peningkatan Pahala dan Dosa: Berbuat baik di bulan-bulan suci ini pahalanya dilipatgandakan. Sebaliknya, berbuat dosa atau maksiat di bulan-bulan ini juga dosanya akan lebih besar. Ini adalah pengingat bagi umat Muslim untuk lebih meningkatkan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.
- Waktu Ibadah Khusus: Bulan Dzulhijjah adalah bulan haji dan Idul Adha. Bulan Muharram memiliki hari Asyura yang dianjurkan untuk berpuasa. Bulan Rajab dan Dzulqa’dah juga sering digunakan untuk persiapan atau refleksi spiritual.
Selain Asyhurul Hurum, bulan Ramadhan juga memiliki kedudukan yang sangat mulia karena diwajibkannya puasa, diturunkannya Al-Qur’an, dan adanya malam Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan. Namun, secara kategorisasi Al-Qur’an, empat bulan di atas adalah yang secara spesifik disebut "bulan haram."
September dan Keterkaitannya dengan Bulan Hijriah
Karena sifat kalender Hijriah yang bergeser, bulan September dalam kalender Masehi dapat bertepatan dengan bulan Hijriah apa pun seiring berjalannya waktu.
- Pada suatu tahun, September mungkin bertepatan dengan bulan Muharram (salah satu bulan suci).
- Pada tahun lain, September bisa bertepatan dengan bulan Safar, Rabi’ul Awwal, Jumadil Awwal, atau bulan-bulan lainnya yang tidak memiliki status "bulan suci" secara spesifik.
- Bisa juga September bertepatan dengan bulan Ramadhan, Dzulhijjah, atau Rajab, yang merupakan bulan-bulan istimewa lainnya.
Oleh karena itu, kesucian atau keistimewaan September tidak bersifat tetap atau inheren. Jika September bertepatan dengan Muharram, Dzulhijjah, atau Rajab, maka waktu tersebut menjadi suci karena ia adalah Muharram, Dzulhijjah, atau Rajab, bukan karena ia adalah September. Ketika September bertepatan dengan bulan Safar misalnya, maka bulan September pada tahun itu tidak memiliki keistimewaan khusus dalam Islam.
Mengapa Pertanyaan Ini Muncul?
Ada beberapa alasan mengapa pertanyaan tentang kesucian September dalam Islam mungkin muncul:
- Pengaruh Kalender Masehi: Sebagian besar aktivitas duniawi, seperti pekerjaan, sekolah, dan liburan, diatur berdasarkan kalender Masehi. Ini membuat orang secara otomatis mengaitkan peristiwa dan waktu penting dengan bulan-bulan Masehi.
- Tradisi Agama Lain: Beberapa agama lain memiliki bulan-bulan tertentu dalam kalender Masehi yang memang dianggap suci atau penting bagi mereka. Misalnya, Desember bagi umat Kristiani karena Natal, atau Oktober bagi umat Yahudi karena hari raya tertentu.
- Kurangnya Pemahaman Kalender Hijriah: Tidak semua orang, bahkan umat Muslim sekalipun, sepenuhnya memahami dinamika dan signifikansi kalender Hijriah dalam kehidupan beragama mereka.
Kesucian Waktu dalam Islam: Lebih dari Sekadar Bulan
Meskipun Islam memiliki bulan-bulan yang secara spesifik dianggap suci, ajaran Islam menekankan bahwa setiap waktu dapat dijadikan "suci" melalui ibadah, ketaatan, dan niat yang tulus. Setiap hari, setiap jam, dan setiap detik adalah kesempatan bagi seorang Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
- Shalat Lima Waktu: Merupakan ibadah yang tersebar sepanjang hari, mengingatkan Muslim akan kewajiban mereka secara terus-menerus.
- Dzikir dan Doa: Dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, menjadikan setiap momen sebagai kesempatan untuk mengingat Allah.
- Berbuat Kebaikan: Sedekah, membantu sesama, menuntut ilmu, dan berakhlak mulia dapat dilakukan setiap saat, mengubah waktu biasa menjadi waktu yang penuh berkah.
Konsep ini mengajarkan bahwa meskipun ada waktu-waktu yang memiliki keutamaan khusus, seorang Muslim tidak boleh menunggu waktu-waktu tersebut untuk beribadah dan berbuat baik. Spiritualitas dan ketaatan adalah perjalanan seumur hidup, bukan hanya musiman.
Kesimpulan: Fokus pada Kalender Hijriah dan Keberlanjutan Ibadah
Sebagai penutup, dapat ditegaskan bahwa September bukanlah bulan suci secara inheren dalam Islam. Konsep kesucian bulan dalam Islam terikat erat dengan kalender Hijriah, di mana empat bulan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab) secara spesifik disebut sebagai bulan-bulan suci (Asyhurul Hurum) oleh Allah SWT, selain bulan Ramadhan yang sangat mulia.
Karena kalender Hijriah bergeser relatif terhadap kalender Masehi, September bisa saja bertepatan dengan salah satu bulan suci Hijriah pada suatu tahun, dan dengan bulan biasa pada tahun berikutnya. Keistimewaan yang mungkin dirasakan pada bulan September pada waktu tertentu adalah karena bertepatan dengan bulan Hijriah yang memiliki keutamaan, bukan karena September itu sendiri.
Bagi seorang Muslim, pemahaman yang benar tentang kalender Hijriah sangat penting untuk melaksanakan ibadah dan memahami waktu-waktu yang memiliki keutamaan. Namun, yang lebih penting lagi adalah menyadari bahwa setiap waktu adalah anugerah dari Allah dan merupakan kesempatan untuk beribadah, berbuat kebaikan, dan meningkatkan ketakwaan. Dengan demikian, setiap hari dapat menjadi hari yang bermakna dan "suci" melalui kesadaran spiritual dan ketaatan yang berkelanjutan.